Nanda hanya bengong menatap PR Bahasa Inggrisnya yang tergeletak di
meja. Siang tadi dia baru saja diomeli Mama karena nilai bahasa
Inggrisnya di rapor mendapat nilai merah. Iya, bahasa Inggris. Diantara
semua mata pelajaran yang tertulis di rapor Nanda, cuma bahasa Inggris
yang nilainya paling rendah.
Nanda memang paling tidak
suka akan pelajaran yang satu ini. Baginya, bahasa Inggris itu sangat
sulit! Kadang-kadang dia suka mengomel sendiri tentang kenapa harus
bahasa Inggris yang jadi bahasa internasional, bukannya bahasa Indonesia
yang jadi bahasa sehari-harinya. Ayah yang sedang membaca koran
terkekeh mendengar omelan putrinya itu.
"Itu karena
orang Inggris cerdas dan tahu sopan santun, jadi banyak disukai. Nggak
kayak anak Ayah yang satu ini, nih. Nilai bahasa Inggris, kok, cuma
dapat 5." godanya.
Nanda cemberut. "Habis susah banget, Yah!"
"Susah karena kamu kurang belajar. Udah sana, kerjain PR-nya. Ntar diomelin Mama lagi, lho." goda Ayah lagi.
"Iya-iya..." Nanda kembali menghadap PR-nya. Menggigit pulpen. Diam. Bengong. Cengo.
"Lha? Kenapa? Kok malah bengong?"
"...Nggak tahu caranya, Yah..."
"Mau Ayah ajarin?"
"Nggak
usah, Yah. Nanti Nanda tanya temen Nanda aja." Nanda bangkit berdiri
meninggalkan PR Bahasa Inggrisnya yang masih tergeletak. Ayah cuma
geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putrinya itu.
Nanda
sebetulnya anak yang pintar. Selama 5 tahun ini dia berada di SD, dia tidak pernah mendapat ranking dibawah 5 besar. Kalau bukan karena bahasa Inggris yang sangat dibencinya itu,
mungkin Nanda bisa dapat ranking satu. Entah apa penyebabnya kenapa
bahasa Inggris bisa begitu sulit baginya. Padahal, untuk pelajaran
Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia, nilai Nanda cukup bagus. 80, 90, bahkan 100, baginya bukan angka yang sulit diraih.
Pak Guru bilang, itu karena Nanda kurang tertarik untuk lebih membaca atau mendengar sesuatu yang menggunakan bahasa Inggris. Dan Nanda memang tidak membantah soal itu.
To Be Continued~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar